Rabu, 18 Maret 2009

RUMPUT LAUT

Terminologi rumput laut .

Istilah rumput laut (seaweed) berbeda dengan komunitas rumput laut atau lamun (seagrass). Lamun dimasukkan dalam kelompok tumbuhan berbunga (Anthophyta). Rumput laut didefenisikan sebagai tumbuhan dasar perairan yang dikenal sebagai alga (Chapman and Chapman, 1980). Istilah rumput laut itu sendiri bukanlah istilah taksonomik, melainkan istilah yang umum digunakan untuk menggambarkan sejumlah alga laut ukuran besar yang masuk dalam kelompok Chlorophyceae (alga hijau), Rhodophyceae (alga merah) dan Phaeophyceae (alga coklat). Alga tersebut berbeda dengan tumbuhan tingkat tinggi, dimana mereka tidak mempunyai akar, batang dan daun yang sejati.

Alga tersebar hampir di seluruh dunia dengan jenis yang spesifik. Di Eropa dan atlantik Utara didominasi oleh Pelvetia sp dan Fucus sp, perairan pantai Amerika oleh alga coklat Macrocystis sp dan Laminaria sp. Pasifik Tengah dan Hawaii oleh genus Euchema dan Indonesia didominasi oleh alga merah dari genus Euchema dan Gracillaria.

Euchema sp pada dasarnya berbentuk filamen dengan pertumbuhan apical . Reproduksi berlangsung secara aseksual dengan variasi spora. Reproduksi vegetatif berlangsung dengan cara pengembangan cabang lateral dengan 4 – 5 sel (Bell,1992).

Sumich (1992) menjelaskan bahwa masing-masing kelas alga mempunyai pigmen fotosintesis yang berbeda untuk melaksanakan proses fotosintesis dalam jaringan tubuhnya. Kelas Phaeophyta mempunyai pigmen chlorophyll a dan c, xanthophylls dan carotenes. Kelas Rhodophyta mempunyai pigmen chlorophyll a, carotenes dan phycobilins. Kelas Chloriphyta dengan pigmen chlorophyll a dan b serta carotenes .

Aspek Ekologi Rumput Laut

Kondisi oseanografi fisika di kawasan pesisir dan laut dapat digambarkan oleh terjadinya fenomena alam seperti terjadinya pasang surut , arus , kondisi suhu dan salinitas, serta angin. Fenomena-fenomena tersebut memberikan kekhasan karakteristik pada kawasan pesisir dan laut, sehingga menyebabkan terjadinya kondisi fisik perairan yang berbeda-beda ( Dahuri dkk, 1996).

Gelombang dan Arus

Kenyataan bahwa gelombang kebanyakan berjalan pada jarak yang luas, sehingga mereka bergerak makin jauh dari tempat asalnya dan tidak lagi dipengaruhi langsung oleh angin. Sifat-sifat gelombang dalam hal ini besar kecilnya dan kecuraman dipengaruhi oleh kecepatan angin waktu dimana angin sedang bertiup dan jarak tanpa rintangan dimana angin sedang bertiup (fetch). Untuk mengetahui gelombang di lautan digunakan skala beafort (Hutabarat dan Evans, 1985).

Bentuk gelombang akan berubah dan akhirnya pecah begitu mereka sampai di pantai. Pecahnya gelombang ini sering disertai dengan gerakan maju ke depan yang berkekuatan sangat besar yang dapat merusak konstruksi budidaya. Bila sebuah gelombang pecah, airnya akan dilemparkan jauh ke depan sampai mencapai daerah pantai sebagai sebuah arus. Sumich (1980) menyatakan bahwa kebanyakan rumput laut mampu mentoleransi aksi gelombang yang besar dan terekspos pada daerah intertidal berbatu dan substrat yang padat.

Dahuri, dkk (1996) menjelaskan bahwa gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai (nearshore current) yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi dan abrasi pantai. Pola arus pantai ditentukan terutama oleh besarnya sudut yang dibentuk antara gelombang yang datang dengan garis pantai. Jika sudut datang itu cukup besar, maka akan terbentuk arus menyusuri pantai (longshore current) dan jika sudut yang datang itu kecil maka akan terbentuk arus meretas pantai (rip current).

Arus sangatlah penting di laut. Arus adalah perpindahan massa air dari dari satu tempat ke tempat lainnya. Tanpa arus, lautan menjadi stagnan dan tidak dapat mendukung kehidupan. Makanan, nutrien dan oksigen , merupakan 3 subtansi utama yang harus mengalami sirkulasi dalam upaya mendukung kehidupan di laut. Arus dipengaruhi oleh angin, bentuk topografi dan pasang surut (Bell, 1992).

Mubarak (1982) menjelaskan bahwa pergerakan air dianggap sebagai kunci diantara faktor-faktor oseanografis lainnya dalam budidaya rumput laut. Ombak dan arus memudahkan transportasi nutrien dan menyebabkan masa air menjadi homogen. Masa air homogen ini menghindari besarnya fluktuasi tempratur, salinitas, pH, oksigen terlarut dan lain-lain

Pasang surut dan kedalaman .

Pasang surut (pasut) adalah proses naik turunya muka laut secara hampir periodik karena gaya tarik benda-benda angkasa, terutama bulan dan matahari. Naik turunnya muka laut dapat terjadi sekali sehari (pasut tunggal) atau dua kali sehari (pasut ganda). Sedangkan pasut yang berlaku diantara keduanya disebut sebagai pasut campuran (Dahuri dkk, 1996). Pasang surut terutama mempengaruhi kehidupan organisme yang hidup pada wilayah pantai , seperti halnya rumput laut (Reseck, 1988).

Lembaga Penelitian Perikanan Laut (1980) dalam laporannya menyebutkan bahwa salah satu hambatan pengembangan rumput laut di Pulau Samaringa, Sulawesi Tengah adalah perbedaan (range) pasut yang terlalu besar, sehingga sebagian rakit menjadi kering dan menyebabkan spine (ujung-ujung ) tanaman menjadi kering dan rusak .

Rumput laut melimpah pada zona intertidal dan biasa ditemukan pada kedalaman 30 – 40 meter. Pada daerah tropik yang jernih bisa mencapai kedalaman 200 m(Sumic, 1980). Bell (1992) menjelaskan bahwa kebanyakan anggota rhodophyta hidup pada perairan dalam dan hangat, biasa terlihat bila terdampar dipermukaan . Kemampuan untuk hidup pada perairan yang dalam dimungkinkan karena adanya biliprotein.

Hasil penelitian Papalia dkk (1990) didapatkan bahwa kedalaman memberikan respon yang sangat nyata terhadap pertumbuhan berat rumput laut. Laju pertumbuhan berat Gracillaria lichenoides yang ditanam pada lapisan atas (kedalaman 30 cm) menunjukan pertumbuhan yang lebih baik dari pada lapisan bawah (kedalaman 60 dan 90 cm).

Suhu, Slinitas dan Oksigen.

Suhu dan salinitas merupakan parameter oseanografi yang penting dalam sirkulasi untuk mempelajari asal usul massa air. Kedua parameter ini serta tekanan menentukan densitas air laut. Perbedaan densitas antara dua tempat akan menghasilkan perbedaan tekanan yang kemudian memicu aliran massa air dari tempat yang bertekanan tinggi ke tempat yang bertekanan rendah. Pertumbuhan ganggang laut jenis Chlorella sp. Sangat baik pada kisaran pH 6-8 dan kisaran salinitas 20–40 ppt (Sutomo, 1990).

Konsentrasi dan distribusi oksigen di laut ditentukan oleh kelarutan gas oksigen dalam air dan proses biologi yang mengontrol tingkat konsumsi dan pembebasan oksigen. Proses fisik juga mempengaruhi kecepatan oksigen memasuki dan distribusi di dalam laut. Hubungan antara besarnya oksigen terlarut dengan derajat pencemaran disajikan pada tabel 1.

Pada budidaya rumput laut (Eucheuma spinosum), keadaan paparan terumbu dengan dasar pasir yang tak bercampur lumpur, kejernihan air, salinitas yang tinggi, suhu dan arus yang cukup kuat merupakan persyaratan yang diperlukan (Romimohtarto, 1982).

Tabel 1. Hubungan antara oksigen terlarut dengan derajat pencemaran perairan

OKSIGEN TERLARUT (mg/l) DERAJAT PENCEMARAN

> 6,5 Belum tercemar

4,5 - 6,5 Tercemar ringan

2,0 - 4,5 Tercemar sedang

< 2,0 Tercemar berat

Sumber : Lee dalam Pandi dan Salim (1984).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar